FLUIDA
A.
SEJARAH
PERKEMBANGAN FLUIDA
Mekanika fluida adalah
suatu ilmu yang memelajari perilaku fluida baik dalam keadaan diam (static)
maupun bergerak (dynamic) serta akibat interaksi dengan media batasnya (zat
padat atau fluida dengan γang lain) . Seperti kebanyakan disipilin ilmu lainnya,
mekanika fluida mempunyai sejarah panjang dalam pencapaian hasil-hasil pokok
hingga menuju ke era modern seperti sekarang ini. Mekanika fluida berkembang
sejalan dengan perjalanan perkembangan peradaban manusia. Banyak aspek
kehidupan manusia yang terkait dengan mekanika fluida, seperti transportasi,
industri, aerodinamik bangunan, mesin-mesin fluida, dan kesehatan.
Ilmu mekanika fluida
sudah terfikirkan sejak zaman pra sejarah. Hal tersebut dibuktikan dengan
adanya beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan fluida. Seperti adanya
kapal layar yang dilengkapi dengan dayung dan system pengairan. Adapun para
nama-nama yang dapat kita sebut diantaranya adalah.
Yang pertama
mempelajari hidrolika adalah LEONARDO DA VINCI (pertengahan abad XV) dengan
karya tulisnya : ON THE FLOW OF WATER AND RIVER STRUCTURES. Setelah itu ia
melakukan observasi dan memperoleh pengalaman membangun instalasi hidrolika di
MILAN ( ITALIA ) dan juga di FLORENCE dsb.
Berikutnya muncul
GALILEO dengan studi sistematik mengenai dasardasar hidrostatika. Pada 1643
seorang murid GALILEO bernama TORRICELLI memperkenalkan hukum tentang
aliran-bebas zat cair melewati lobang (celah).
Pada 1650 diperkenalkan
hukum distribusi tekanan dalam zat cair yang dikenal dengan hukum PASCAL. Hukum
tentang gesekan dalam fluida yang mengalir; yang sangat terkenal sampai saat
ini dirumuskan oleh ISAAC NEWTON. Selain itu ia juga dikenal sebagai penemu
teori viskositas, dan pula dasar teori mengenai similaritas hidrodinamik. Salah
satu ilmu berharga dari Newton adalah Hukun Newton Akan tetapi hukum -hukum
tersebut sampai dengan pertengahan abad XVIII statusnya masih ngambang karena
tak ada ilmu yang betul-betul mendalam tentang sifat fluida. Dasar teori
mekanika fluida dan hidrolika kemudian menjadi baku setelah DANIEL BERNOULLI
dan LEONHARD EULER memperkenalkan ilmunya dalam abad XVIII. DANIEL BERNOULLI
seorang pakar kelahiran SWISS (1700 – 1780)
Pada masa prasejarah,
kebudayaan-kebudayaan kuno sudah memiliki pengetahuan yang cukup untuk
memecahkan persoalan-persoalan aliran tertentu. Sebagai contoh perahu layar
yang sudah dilengkapi dengan dayung dan sistem pengairan untuk pertanian sudah
dikenal pada masa itu. Pada abad ketiga sebelum Masehi, Archimedes dan Hero
dari Iskandariah, memperkenalkan hukum jajaran genjang untuk penjumlahan
vektor. Selanjutnya Archimedes (285-212 SM) merumuskan hukum apung dan
menerapkannya pada benda-benda terapung atau melayang, dan juga memperkenalkan
bentuk kalkulus differensial sebagai dasar dari model analisisnya.
Sejak awal Masehi
sampai zaman Renaissance telah terjadi perbaikan dalam rancangan sistem-sistem
aliran seperti: kapal, saluran, dan talang air. Akan tetapi tidak ada
bukti-bukti adanya perbaikan yang mendasar dalam analisis alirannya. Akhirnya
kemudian Leonardo da Vinci (1452-1519) menjabarkan persamaan kekekalan massa
dalam aliran tunak satu-dimensi. Leonardo da Vinci adalah ahli ekspremen yang
ulung, dan catatancatatannya berisi deskripsi mengenai gelombang, jet atau
semburan, loncatan hidraulik, pembentukan pusaran dan rancangan-rancangan
seretan-rendah (bergaris-alir) serta seretan-tinggi (parasut). Galileo
(1564-1642) memperkenalkan beberapa hukum tentang ilmu mekanika. Seorang
Perancis Edme Moriotte (1642-1684) membangun terowongan angin yang pertama dan
menguji model-model di dalam eksperimenya.
Soal-soal mengenai
permasalahan momentum fluida akhirnya dapat dianalisis oleh Isaac Newton
(1642-1727) setelah memperkenalkan hukum-hukum gerak dan hukum kekentalan untuk
fluida linear yang sekarang dinamakan fluida Newton. Teori itu mula-mula
didasarkan pada asumsi fluida ideal (sempurna) dan tanpa gesekan dan para ahli
matematikawan abad kedelapan belas seperti: Daniel Bernoulli dan Leonhard Euler
(Swiss), Clairaut dan D’Alembert? (Perancis), Joseph-Louis? Lagrange (1736-1813),
Pierre-Simon? Laplace (1749-1827), dan Gerstner (1756-1832), mengembangkan ilmu
matematika untuk mekanika fluida (Hidrodinamika) dan banyak menghasilkan
penyelesaian-penyelesaian dari soal-soal aliran tanpa gesekan. Sedangkan Euler
mengembangkan persamaan gerak diferensial dan bentuk integralnya yang sekarang
disebut persamaan Bernoulli.
D’Alembert?. memakai
persamaan ini untuk menampilkan paradoksnya bahwa suatu benda yang terbenam di
dalam fluida tanpa gesekan mempunyai seretan nol, sedangkan Gerstner memakai
persamaan Bernoulli untuk menganalisis gelombang permukaan.
Para ahli teknik mulai
menolak teori yang sama sekali tidak realistik dan mulai mengembangkan
hidraulika yang bertumpu pada ekperimen. Ahli-ahli eksperimen seperti Pitot,
Chezy, Borda, Bossut, Coulomb (1736-1806), Weber (1804-1891), Francis
(1815-1892), Russel (1808-1882), Hagen (1797-1889), Frenchman Poiseuille
(1799-1869), Frenchman Darcy (1803-1858), Manning (1816-1897), Bazin
(1829-1917) dan Saxon Weisbach (18061871) banyak menghasilkan data tentang
beraneka ragam aliran seperti saluran terbuka, hambatan kapal, aliran melalui
pipa, gelombang, dan turbin.
Pada akhir abad
kesembilan belas hidraulika eksperimental dan hidrodinamika teoritis mulai
dipadukan. William Froude (1810-1879) dan putranya, Robert (1842-1924)
mengembangkan hukum-hukum pengujian model, Lord Rayleigh (1842-1919)
mengusulkan metode analisis dimensional, N.P. Petrov (1836-1920) yang
menyelidiki aplikasi teori Newton tentang gesekan dalam fluida ; sehingga dianggap
sebagai penemu teori Pelumas Mesin (lubrication), dan Osborne Reynolds
(1842-1912) memperkenalkan bilangan Reynolds takberdimensi yang diambil dari
namanya sendiri. Sementara itu, sejak Navier (1785-1836) dan Stokes (1819-1903)
menambahkan suku-suku kental newton pada persamaan gerak dan dikenal dengan
persamaan Navier-Stokes ? yang belum dapat digunakan untuk aliran sembarang.
Selanjutnya pada tahun 1904 setelah seorang insinyur Jerman Ludwig Prandtl
(1875-1953) menerbitkan makalah yang paling penting yang pernah ditulis orang
di bidang mekanika fluida yaitu bahwa aliran fluida yang kekentalannya rendah
seperti aliran air atau aliran udara dapat dipilah menjadi suatu lapisan kental
(lapisan batas) di dekat permukaan zat padat dan antar muka dan lapisan luar
yang hampir encer yang memenuhi persamaan Euler dan Bernoulli. Teori lapis
batas ternyata merupakan salah satu alat yang paling penting dalam
analisis-analisis aliran modern disamping teori yang dikembangkan oleh Theodore
von Karman (1881-1963) dan Sir Geofrey I. Taylor (1886-1975).
Perkembangan ilmu
mekanika fluida dewasa ini sangat dipercepat dengan perkembangan metode
pengukuran / instrumentasi yang dldukung dengan erkembangan komputer, baik
dalam hal perangkat keras maupun perangkat lunak (software). Selain ilu,
perkembangan metode komputasi flluida sangat membantu untuk menganalisa
hasil-hasil eksperimen di laboratorium. Metode komputasi ini bersifat sebagai
counter part dari hasil eksperimen. Berbagai studi eksperimen dan
numerik/komputasi fluida telah diusahakan untuk meningkatkan peran mekanika
fluida didalam peningkatan efisiensi energi. Usaha penurunan gaya drag akibat
sifat kentalnya fluida merupakan satu contoh konkrit dalam usaha peningkatan
unjuk kerja sebuah peralatan yang menggunakan fluida sebagai media kerja.
Didalam sistem pengajaran di perguruan tinggi, mekanika fluida diajarkan di
berbagal jurusan, terutama jurusan-jurusan yang terkait dengan ilmu pengetahuan
alam, khususnya ilmu keteknikan. Sebagai contoh, ilmu mekanika fluida selain
diajarkan di Jurusan Teknik Mesin juga diajarkan di Jurusan Teknik Fisika,
Teknik Sipil, Teknik Lingkungan, dan Teknik Kelautan
B.
DEFINISI
FLUIDA
Fluida adalah zat yang
dapat mengalir. Kata Fluida mencakup zat car, air dan gas karena kedua zat ini
dapat mengalir, sebaliknya batu dan benda-benda keras atau seluruh zat padat
tidak digolongkan kedalam fluida karena tidak bisa mengalir.
Susu, minyak pelumas,
dan air merupakan contoh zat cair. dan Semua zat cair itu dapat dikelompokan ke
dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat
yang lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida. Zat gas juga dapat
mengalir dari satu satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin merupakan contoh
udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Fluida merupakan salah
satu aspek yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari manusia
menghirupnya, meminumnya, terapung atau tenggelam di dalamnya. Setiap hari
pesawat udara terbang melaluinya dan kapal laut mengapung di atasnya. Demikian
juga kapal selam dapat mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang diminum
dan udara yang dihirup juga bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat
meskipun sering tidak disadari.
C.
JENIS-JENIS
FLUIDA
Fluida dibagi menjadi
2, yaitu:
1.
Fluida Statis
Fluida Statis adalah fluida yang berada dalam fase
tidak bergerak (diam) atau fluida dalam keadaan bergerak tetapi tak ada
perbedaan kecepatan antar partikel fluida tersebut atau bisa dikatakan bahwa
partikel-partikel fluida tersebut bergerak dengan kecepatan seragam sehingga
tidak memiliki gaya geser.
Contoh fenomena fluida statis dapat dibagi menjadi
statis sederhana dan tidak sederhana. Contoh fluida yang diam secara sederhana
adalah air di bak yang tidak dikenai gaya oleh gaya apapun, seperti gaya angin,
panas, dan lain-lain yang mengakibatkan air tersebut bergerak. Contoh fluida
statis yang tidak sederhana adalah air sungai yang memiliki kecepatan seragam
pada tiap partikel di berbagai lapisan dari permukaan sampai dasar sungai.
Cairan yang berada dalam bejana mengalami gaya-gaya
yang seimbang sehingga cairan itu tidak mengalir. Gaya dari sebelah kiri
diimbangi dengan gaya dari sebelah kanan, gaya dari atas ditahan dari bawah.
Cairan yang massanya M menekan dasar bejana dengan gaya sebesar Mg. Gaya ini tersebar
merata pada seluruh permukaan dasar bejana. Selama cairan itu tidak mengalir
(dalam keadaan statis), pada cairan tidak ada gaya geseran sehingga hanya
melakukan gaya ke bawah oleh akibat berat cairan dalam kolom tersebut.
2.
Fluida dinamis
Fluida dinamis adalah fluida (bisa
berupa zat cair, gas) yang bergerak. Untuk memudahkan dalam mempelajari, fluida
disini dianggap steady (mempunyai kecepatan yang konstan terhadap waktu), tak
termampatkan (tidak mengalami perubahan volume), tidak kental, tidak turbulen
(tidak mengalami putaran-putaran).
D.
KARAKTERISTIK
FLUIDA
1.
MASSA JENIS
Pernahkah Anda
membandingkan berat antara kayu dan besi? Benarkah pernyataan bahwa besi lebih
berat daripada kayu? Pernyataan tersebut tentunya kurang tepat, karena
segelondong kayu yang besar jauh lebih berat daripada sebuah bola besi.
Pernyataan yang tepat untuk perbandingan antara kayu dan besi tersebut, yaitu
besi lebih padat daripada kayu. Anda tentu masih ingat, bahwa setiap benda
memiliki kerapatan massa yang berbeda-beda serta merupakan sifat alami dari
benda tersebut. Dalam Fisika, ukuran kepadatan (densitas) benda homogen disebut
massa jenis, yaitu massa per satuan volume. Jadi massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka
semakin besar pula massa setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda
merupakan total massa dibagi dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki
massa jenis lebih tinggi (misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang
memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).
Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3)
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.
Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.
dengan: m = massa (kg atau g),
V = volume (m3
atau cm3), dan
ρ = massa jenis (kg/m3 atau g/cm3).
Jenis beberapa bahan dan massa jenisnya
dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel Massa Jenis
atau Kerapatan Massa (Density)
Bahan
|
Massa Jenis (g/cm3)
|
Nama Bahan
|
Massa Jenis (g/cm3)
|
Air
|
1,00
|
Gliserin
|
1,26
|
Aluminium
|
2,7
|
Kuningan
|
8,6
|
Baja
|
7,8
|
Perak
|
10,5
|
Benzena
|
0,9
|
Platina
|
21,4
|
Besi
|
7,8
|
Raksa
|
13,6
|
Emas
|
19,3
|
Tembaga
|
8,9
|
Es
|
0,92
|
Timah Hitam
|
11,3
|
Etil Alkohol
|
0,81
|
Udara
|
0,0012
|
2.
TEGANGAN PERMUKAAN
Mari kita amati sebatang
jarum atau sebuah silet yang kita buat terapung di permukaan air sebagai benda
yang mengalami tegangan permukaan. Tegangan permukaan disebabkan oleh interaksi
molekul-molekul zat cair dipermukaan zat cair. Di bagian dalam cairan sebuah
molekul dikelilingi oleh molekul lain disekitarnya, tetapi di permukaan cairan
tidak ada molekul lain dibagian atas molekul cairan itu. Hal ini menyebabkan
timbulnya gaya pemulih yang menarik molekul apabila molekul itu dinaikan
menjauhi permukaan, oleh molekul yang ada di bagian bawah permukaan cairan.
Sebaliknya jika molekul
di permukaan cairan ditekan, dalam hal ini diberi jarum atau silet, molekul
bagian bawah permukaan akan memberikan gaya pemulih yang arahnya ke atas,
sehingga gaya pemulih ke atas ini dapat menopang jarum atau silet tetap di
permukaan air tanpa tenggelam.
Gaya ke atas untuk
menopang jarum atau silet agar tidak tenggelam merupakan perkalian koefisien
tegangan permukaan dengan dua kali panjang jarum. Panjang jarum disini adalah
permukaan yang bersentuhan dengan zat cair.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa pengertian dari tegangan permukaan adalah
kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang, sehingga permukaannya
seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastis.
3.
KAPILARITAS
Tegangan permukaan
ternyata juga mempunyai peranan pada fenomena menarik, yaitu kapilaritas.
Contoh peristiwa yang menunjukkan kapilaritas adalah minyak tanah, yang dapat
naik melalui sumbu kompor. Selain itu, dinding rumah kita pada musim hujan
dapat basah juga terjadi karena adanya gejala kapilaritas.
Untuk membahas
kapilaritas, kita perhatikan sebuah pipa kaca dengan diameter kecil (pipa
kapiler) yang ujungnya terbuka saat dimasukkan ke dalam bejana berisi air. Kita
dapat menyaksikan bahwa permukaan air dalam pipa akan naik. Lain hasilnya jika
kita mencelupkan pipa tersebut ke dalam bejana berisi air raksa. Permukaan air
raksa dalam tabung akan turun atau lebih rendah daripada permukaan air raksa
dalam bejana. Gejala inilah yang disebut dengan gejala kapilaritas.
Pada kejadian ini, pipa
yang digunakan adalah pipa kapiler. Oleh karena itu, gejala kapilaritas adalah
gejala naik turunnya zat cair dalam pipa kapiler. Permukaan zat cair yang
berbentuk cekung atau cembung disebut meniskus. Permukaan air pada dinding kaca
yang berbentuk cekung disebut meniskus cekung, sedangkan permukaan air raksa
yang berbentuk cembung disebut meniskus cembung.
Penyebab dari gejala
kapiler adalah adanya adhesi dan kohesi. Kohesi adalah gaya tarik menarik antar
molekul yang sama jenisnya. Gaya ini menyebabkan antara zat yang satu dengan
yang lain tidak dapat menempel karena molekulnya saling tolak menolak.
sedangkan adhesi adalah gaya tarik menarik
antar molekul yang berbeda jenisnya. Gaya ini menyebabkan antara zat yang satu
dengan yang lain dapat menempel dengan baik karena molekulnya saling tarik
menarik atau merekat.
Pada gejala kapilaritas
pada air, air dalam pipa kapiler naik karena adhesi antara partikel air dengan
kaca lebih besar daripada kohesi antar partikel airnya. Sebaliknya, pada gejala
kapilaritas air raksa, adhesi air raksa dengan kaca lebih kecil daripada kohesi
antar partikel air raksa. Oleh karena itu, sudut kontak antara air raksa dengan
dinding kaca akan lebih besar daripada sudut kontak air dengan dinding kaca.
Kenaikan atau penurunan
zat cair pada pipa kapiler disebabkan oleh adanya tegangan permukaan yang
bekerja pada keliling persentuhan zat cair dengan pipa.
Berikut ini beberapa contoh yang
menunjukkan gejala kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari:
a.
Naiknya minyak tanah melalui sumbu kompor
sehingga kompor bisa dinyalakan.
b.
Kain dan kertas isap dapat menghisap
cairan.
c.
Air dari akar dapat naik pada batang pohon
melalui pembuluh kayu.
Selain keuntungan, kapilaritas dapat
menimbulkan beberapa masalah berikut ini :
Air hujan merembes dari dinding luar,
sehingga dinding dalam juga basah.
Air dari dinding bawah rumah merembes naik
melalui batu bata menuju ke atas sehingga dinding rumah lembab.
4.
VISKOSITAS
Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan maupun tegangan. Pada masalah
sehari-hari (dan hanya untuk fluida), viskositas adalah "Ketebalan"
atau "pergesekan internal". Oleh karena itu, air yang "tipis", memiliki
viskositas lebih rendah, sedangkan madu yang "tebal", memiliki
viskositas yang lebih tinggi. Sederhananya, semakin rendah viskositas suatu
fluida, semakin besar juga pergerakan dari fluida tersebut. Viskositas
menjelaskan ketahanan internal fluida untuk mengalir dan mungkin dapat
dipikirkan sebagai pengukuran dari pergeseran fluida.
Seluruh fluida (kecuali
superfluida) memiliki ketahanan dari tekanan dan oleh karena itu disebut
kental, tetapi fluida yang tidak memiliki ketahanan tekanan dan tegangan
disebut fluide ideal.
5.
TEKANAN HIDROSTATIS
Masih ingatkah Anda
definisi tekanan? Tekanan adalah gaya yang bekerja tegak lurus pada suatu
permukaan bidang dan dibagi luas permukaan bidang tersebut. Secara matematis,
persamaan tekanan dituliskan sebagai berikut.
p= F/ A
dengan: F = gaya
(N),
A = luas
permukaan (m2), dan
p =
tekanan (N/m2 = Pascal).
Persamaan diatas menyatakan bahwa tekanan p berbanding
terbalik dengan luas permukaan bidang tempat gaya bekerja. Jadi, untuk besar
gaya yang sama, luas bidang yang kecil akan mendapatkan tekanan yang lebih
besar daripada luas bidang yang besar.
Tekanan Hidrostatis adalah tekanan yang terjadi di bawah air. Tekanan hidrostatis disebabkan oleh fluida tak bergerak. Tekanan hidrostatis yang
dialami oleh suatu titik di dalam fluida diakibatkan oleh gaya berat fluida
yang berada di atas titik tersebut. Jika besarnya tekanan hidrostatis pada
dasar tabung adalah p, menurut konsep tekanan, besarnya p dapat
dihitung dari perbandingan antara gaya berat fluida (F) dan luas
permukaan bejana (A).
p= F/A
Gaya berat fluida
merupakan perkalian antara massa fluida dengan percepatan gravitasi Bumi,
ditulis
p= massa x gravitasi
bumi / A
Oleh karena m = ρ
V, persamaan tekanan oleh fluida dituliskan sebagai
p = ρVg / A
Volume fluida di dalam
bejana merupakan hasil perkalian antara luas permukaan bejana (A) dan
tinggi fluida dalam bejana (h). Oleh karena itu, persamaan tekanan di
dasar bejana akibat fluida setinggi h dapat dituliskan menjadi
p= ρ(Ah) g / A = ρ
h g
Jika tekanan hidrostatis
dilambangkan dengan ph, persamaannya dituliskan sebagai berikut.
Ph = ρ g h
|
ph = tekanan hidrostatis (N/m2),
ρ = massa jenis fluida (kg/m3),
g = percepatan gravitasi
(m/s2), dan
h = kedalaman titik dari
permukaan fluida (m).
Semakin tinggi dari
permukaan Bumi, tekanan udara akan semakin berkurang. Sebaliknya, semakin dalam
Anda menyelam dari permukaan laut atau danau, tekanan hidrostatis akan semakin
bertambah. Mengapa demikian? Hal tersebut disebabkan oleh gaya berat yang
dihasilkan oleh udara dan zat cair. Anda telah mengetahui bahwa lapisan udara
akan semakin tipis seiring bertambahnya ketinggian dari permukaan Bumi sehingga
tekanan udara akan berkurang jika ketinggian bertambah. Adapun untuk zat cair,
massanya akan semakin besar seiring dengan bertambahnya kedalaman. Oleh karena
itu, tekanan hidrostatis akan bertambah jika kedalaman bertambah.
Contoh menghitung
tekanan hidrostatis
Tabung setinggi 30 cm diisi penuh dengan
fluida. Tentukanlah tekanan hidrostatis pada dasar tabung, jika g = 10
m/s2 dan tabung berisi:
a. air,
b. raksa, dan
c.
gliserin.
Gunakan data massa jenis pada Tabel
Jawab
Diketahui: h =
30 cm dan g = 10 m/s2.
Ditanya : a.
Ph air
b. Ph raksa
c. Ph gliserin
Jawab :
a. Tekanan hidrostatis pada dasar tabung yang
berisi air:
Ph = ρ gh = (1.000 kg/m3) (10 m/s2) (0,3 m) =
3.000 N/m2
b. Tekanan hidrostatis pada dasar tabung
yang berisi air raksa:
Ph = ρ gh = (13.600 kg/m3) (10 m/s2) (0,3 m) = 40.800 N/m2
Ph = ρ gh = (13.600 kg/m3) (10 m/s2) (0,3 m) = 40.800 N/m2
c. Tekanan hidrostatis pada dasar tabung
yang berisi gliserin:
Ph = ρ gh = (1.260 kg/m3) (10 m/s2) (0,3 m) = 3.780 N/m2
Ph = ρ gh = (1.260 kg/m3) (10 m/s2) (0,3 m) = 3.780 N/m2
Prinsip tekanan
hidrostatis ini digunakan pada alat-alat pengukur tekanan. Alat-alat pengukur
tekanan yang digunakan untuk mengukur tekanan gas, di antaranya sebagai
berikut.
a. Manometer Pipa Terbuka
Manometer pipa
terbuka adalah alat pengukur tekanan gas yang paling sederhana. Alat ini berupa
pipa berbentuk U yang berisi zat cair. Ujung yang satu mendapat tekanan sebesar
p (dari gas yang hendak diukur tekanannya) dan ujung lainnya berhubungan
dengan tekanan atmosfir (p0).
b. Barometer
Barometer raksa ini
ditemukan pada 1643 oleh Evangelista
Torricelli, seorang ahli Fisika dan Matematika dari Italia. Barometer
adalah alat untuk mengukur tekanan udara. Barometer umum digunakan dalam
peramalan cuaca, dimana tekanan udara yang tinggi menandakan cuaca bersahabat,
sedangkan tekanan udara rendah menandakan kemungkinan badai. Ia mendefinisikan
tekanan atmosfir dalam bukunya yang berjudul “A Unit of Measurement, The
Torr” Tekanan atmosfer (1 atm) sama dengan tekanan hidrostatis raksa (mercury)
yang tingginya 760 mm. Cara mengonversikan satuannya adalah sebagai berikut.
ρ raksa ×
percepatan gravitasi Bumi × panjang raksa dalam tabung atau
(13.600 kg/cm3
)(9,8 m/s2)(0,76 m) = 1,103 × 105 N/m2
Jadi, 1 atm = 76 cmHg = 1,013 × 105
N/m2
c. Pengukur Tekanan Ban
Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan udara di dalam ban. Bentuknya
berupa silinder panjang yang di dalamnya terdapat pegas. Saat ujungnya
ditekankan pada pentil ban, tekanan udara dari dalam ban akan masuk ke dalam
silinder dan menekan pegas. Besarnya tekanan yang diterima oleh pegas akan
diteruskan ke ujung lain dari silinder yang dihubungkan dengan skala. Skala ini
telah dikalibrasi sehingga dapat menunjukkan nilai selisih tekanan udara luar
(atmosfer) dengan tekanan udara dalam ban.
6.
RAPAT JENIS
Density atau rapat jenis
(ρ) suatu zat adalah ukuran
untuk konsentrasi zat tersebut
dan dinyatakan dalam massa persatuan volume; sifat ini ditentukan dengan cara menghitung
nisbah ( ratio ) massa zat yang terkandung dalam suatu bagian tertentu terhadap
volume bagian tersebut. nilai density dapat dipengaruhi
oleh
temperatur semakin tinggi temperatur maka
kerapatan suatu fluida semakin
berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari molekul
– molekul fluida semakin berkurang.
E.
ALIRAN
FLUIDA
Aliran fluida dapat diaktegorikan:
1. Aliran
laminar
Aliran
dengan fluida yang bergerak dalam lapisan – lapisan, atau lamina – lamina
dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran laminar ini
viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan relative
antara lapisan. Sehingga aliran laminar memenuhi hukum viskositas Newton
2. Aliran turbulen
Aliran
dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat tidak menentu karena
mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan
saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam
skala yang besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi
membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan
kerugian – kerugian aliran.
3. Aliran transisi
Aliran
transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen.
F.VARIABLE
KARAKTERISTIK FLUIDA
1. Konsep
Hukum Archimides
Hukum
Archimedes menyatakan sebagai berikut, Sebuah benda yang
tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya ke atas
yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkannya.
Sebuah benda yang tenggelam
seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida akan mendapatkan gaya angkat ke
atas yang sama besar dengan berat fluida fluida yang dipindahkan. Besarnya gaya
ke atas menurut Hukum Archimedes ditulis dalam persamaan :
Fa = ρ v g
Keterangan :
Fa
= gaya ke atas (N)
v
= volume benda yang tercelup (m3)
ρ
= massa jenis zat cair (kg/m3)
g
= percepatan gravitasi (N/kg)
Hukum ini juga bukan suatu
hukum fundamental karena dapat diturunkan dari hukum newton juga.
1. Bila
gaya archimedes sama dengan gaya berat W maka resultan gaya =0 dan benda
2. melayang
.
3. Bila
FA>W maka benda akan terdorong keatas akan melayang
4. Bila
FA<W maka benda akan terdorong kebawah dan tenggelam
Jika rapat massa fluida
lebih kecil dari pada rapat massa balok maka agar balok berada dalam
keadaan seimbang,volume zat cair yang dipindahkan harus lebih kecil dari pada
volume balok.Artinya tidak seluruhnya berada terendam dalam cairan dengan
perkataan lain benda mengapung. Agar benda melayang maka volume zat cair yang
dipindahkan harus sama dengan volume balok dan rapat massa cairan sama dengan
rapat rapat massa benda.
Jika rapat massa benda
lebih besar daripada rapat massa fluida, maka benda akan mengalami gaya total
ke bawah yang tidak sama dengan nol. Artinya benda akan jatuh tenggelam.
Berdasarkan Hukum
Archimedes, sebuah benda yang tercelup ke dalam zat cair akan mengalami dua
gaya, yaitu gaya gravitasi atau gaya berat (W) dan gaya ke atas (Fa) dari zat
cair itu. Dalam hal ini ada tiga peristiwa yang berkaitan dengan besarnya kedua
gaya tersebut yaitu seperti berikut.
Tenggelam
Sebuah benda yang
dicelupkan ke dalam zat cair akan tenggelam jika berat benda (w)lebih besar
dari gaya ke atas (Fa).
w > Fa
ρb . Vb . g > ρa . Va .
g
ρb > ρa
Volume bagian benda yang tenggelam
bergantung dari rapat massa zat cair (ρ)
Melayang
Sebuah benda yang
dicelupkan ke dalam zat cair akan melayang jika berat benda (w)sama dengan gaya
ke atas (Fa) atu benda tersebut tersebut dalam keadaan setimbang
w = Fa
ρb . Vb . g = ρa . Va . g
ρb = ρa
Pada 2 benda atau lebih
yang melayang dalam zat cair akan berlaku :
(FA)tot = Wtotrc . g
(V1+V2+V3+V4+…..) = W1 + W2 + W3 + W4 +…..
Terapung
Sebuah benda yang
dicelupkan ke dalam zat cair akan terapung jika berat benda (w)lebih kecil dari
gaya ke atas (Fa).
w = Fa
ρb . Vb . g = ρa . Va . g
ρb < ρa
2.
Tegangan Permukaan
Dalam zat cair ada partikel-partikel yang
dikelilingi semacam bola dimana partikel itu sebagai pusatnya. Dalam bola itu
adalah suatu medan. Perhatikan tiga buah partikel fluida A, B, C .
F2
F1 C
A B
Gambar : Tiga buah
partikel fluida yang terletak di tempat-tempat berbeda memiliki keadaan gaya
yang berbeda
Partikel
A = dalam
keadaan setimbang, bekerja gaya-gaya yang sama besar dari semua arah
Partikel
B = karena
F1 > F2 , gaya yang arahnya ke bawah lebih besar
daripada gaya yang arahnya ke atas
Partikel
C = hanya
ada gaya ke bawah, hal inilah yang dapat menyebabkan tegangan permukaan
Karena
adanya kohesi, partikel-partikel pada permukaan air cenderung ditarik ke dalam.
Sehingga zat cair membentuk permukaan yang sekecil-kecilnya.
Dengan
adanya adhesi, kohesi dan tegangan permukaan ketiganya dapat menentukan
bentuk-bentuk permukaan zat cair. Bentuk permukaan itu misalnya cembung atau
cekung.
a. Zat cair dalam bejana :
Sudut
kontak (q)
yaitu sudut yang dibatasi oleh 2 bidang batas yaitu dinding tabung dan permukaan zat cair. Dengan
pemahaman bahwa,
·
dinding tabung : sebagai bidang batas
antara zat cair dan tabung,
·
permukaan zat cair : sebagai bidang
batas antara zat cair dan uapnya (q = 1800)
Menurut
sudut kontaknya bentuk-bentuk permukaan zat cair dalam bejana :
1.
Cekung =
air dengan dinding gelas, 0º <
q
<
90º , zat cair membasahi dinding.
2.
Cembung =
air raksa dengan dinding gelas, 0º <
q
<
90º, zat cair tidak membasahi dinding.
3.
Datar
= air dengan dinding perak, q
= 90º
|
Tabel
Sudut Kontak
Zat Cair
|
Dinding
|
Sudut Kontak
|
Air
|
Parafin
Dinding
perak
Gelas
pirex
|
107°
90°
63°
|
Methylin
Yodida
|
Gelas
kali
Timah
hitam
Pirex
|
29°
30°
29°
|
Efek pengurangan sudut kontak karena bahan pembasah kotoran atau campuran yang terdapat di dalam zat cair dapat merubah besarnya sudut kontak. Oleh pabrik banyak dibuat bahan-bahan kimia yang sangat tinggi potensinya sebagai zat pembasah. Contoh : deterjen, rinso, dan lain-lain.
Senyawa-senyawa
ini merubah besarnya sudut kontak yang semula besarnya dari 90°
menjadi lebih kecil 90°. Sehingga zat cair membasahi bahan.
Sebaliknya zat yang membuat kain menjadi tahan air membuat sudut kontak air
dengan kain menjadi lebih besar 90°.
q
(a)
(b)
Sebelum dicampur zat pembasah Setelah
dicampur zat pembasah
b. Tegangan Permukaan pada kawat
yang dibengkokkan
|
larutan sabun
kawat bengkok
kawat yang bisa digeser
W1
W2
Kawat digeser sejauh
s maka ada tambahan luas = l . s.
Untuk
menambah luas tersebut perlu dilakukan usaha dari luar W = F . s
Usaha yang dilakukan per satuan luas adalah = = g
Usaha
yang dilakukan per satuan luas adalah tegangan permukaan = besarnya energi per
satuan luas
Satuan
tegangan permukaan = =
Alat
untuk menentukan tegangan permukaan disebut Neraca Torsi.
3.
Tekanan
Hidrostatik.
Tekanan
adalah gaya per satuan luas yang bekerja
dalam arah tegak lurus suatu permukaan.
Tekanan
disimbolkan dengan : p
|
Keterangan:
P
= Tekanan (Pa)
F=
Gaya (N)
A
= Luas penampang (m)
Tekanan
hidrostatis adalah tekanan yang
disebabkan oleh berat zat cair.
Tiap
titik di dalam fluida tidak memiliki tekanan yang sama besar, tetapi
berbeda-beda sesuai dengan ketinggian titik tersebut dari suatu titik acuan.
Po
|
Dasar
bejana akan mendapat tekanan sebesar :
P
= tekanan udara luar + tekanan oleh gaya berat zat cair (Tekanan
Hidrostatik).
p
= po +
p
= po + = po
+
|
Jadi
Tekanan Hidrostatik (Ph) didefinisikan :
|
Keterangan:
Ph
= Tekanan Hidrostatik (N/m2)
r = massa jenis zat (kg/m3)
h
= ketinggian (m)
Untuk konversi satuan tekanan adalah :1
atm = 76 cm Hg dan 1 atm = 105
N/m2 = 106 dyne/cm2
Untuk bidang miring dalam mencari h maka
dicari lebih dahulu titik tengahnya (disebut : titik massa).
Tiap
titik yang memiliki kedalaman sama diukur dari permukaan zat cair akan memiliki
tekanan hidrostatik sama
|
Contoh:
1.
Seekor ikan berada di dasar kolam air tawar sedalam h = 5 meter. Hitunglah
tekanan hidrostatis yang dialami ikan!
Penyelesaian
ph
= r . g . h
ph
= 1000 . 10 . 5
ph
= 5 . 104 N/m2
4. Prinsip
Hukum Pascal
Hukum Pascal berbunyisebagai berikut, tekanan yang
bekerja pada fluida di dalam ruang tertutup akan diteruskan oleh fluida
tersebut ke segala arah dengan sama besar.
Contoh
alat yang berdasarkan hukum Pascal adalah : pompa hidrolik, kempa hidrolik,
alat pengangkat mobil.
Perhatikan
gambar bejana berhubungan di bawah ini.
F1 F2
A1 A2
|
Permukaan
fluida pada kedua kaki bejana berhubungan sama tinggi.
Bila
kaki I yang luas penampangnya A1 mendapat gaya F1 dan
kaki II yang luas penampangnya A2 mendapat gaya F2 maka
menurut Hukum Pascal harus berlaku :
|
|
|
atau
Pada alat pengangkat
mobil dengan gaya yang kecil dapat menghasilkan gaya angkat yang besar sehingga
mampu mengangkat mobil
|
5.
Debit aliran (Q)
Jumlah
volume fluida yang mengalir persatuan waktu, atau:
Dimana :
Q
= debit aliran (m3/s)
A
= luas penampang (m2)
V
= laju aliran fluida (m/s)
Aliran
fluida sering dinyatakan dalam debit aliran
Dimana :
Q
= debit aliran (m3/s)
V
= volume (m3)
t
= selang waktu (s)
Persamaan
Kontinuitas
Air yang
mengalir di dalam pipa air dianggap mempunyai debit yang sama di sembarang
titik. Atau jika ditinjau 2 tempat, maka:
Debit aliran
1 = Debit aliran 2, atau :
6.
Prinsip Hukum Bernoulli
Hukum
Bernoulli adalah hukum yang berlandaskan pada hukum kekekalan energi yang
dialami oleh aliran fluida. Hukum ini menyatakan bahwa jumlah tekanan (p),
energi kinetik per satuan volume, dan energi potensial per satuan volume
memiliki nilai yang sama pada setiap titik sepanjang suatu garis arus. Jika
dinyatakan dalam persamaan menjadi :
Dimana :
p =
tekanan air (Pa)
v
= kecepatan air (m/s)
g =
percepatan gravitasi
h
= ketinggian air
Penerapan dalam teknologi
Pesawat
Terbang
Gaya angkat
pesawat terbang bukan karena mesin, tetapi pesawat bisa terbang karena
memanfaatkan hukum bernoulli yang membuat laju aliran udara tepat di bawah
sayap, karena laju aliran di atas lebih besar maka mengakibatkan tekanan di
atas pesawat lebih kecil daripada tekanan pesawat di bawah.
Akibatnya
terjadi gaya angkat pesawat dari hasil selisih antara tekanan di atas dan di
bawah di kali dengan luas efektif pesawat.
Keterangan:
ρ =
massa jenis udara (kg/m3)
va=
kecepatan aliran udara pada bagian atas pesawat (m/s)
vb=
kecepatan aliran udara pada bagian bawah pesawat (m/s)
F = Gaya angkat pesawat (N)
Penyemprot
Parfum dan Obat Nyamuk
Prinsip
kerja yang dilakukan dengan menghasilkan laju yang lebih besar pada ujung atas
selang botol sehingga membuat tekanan di atas lebih kecil daripada tekanan di
bawah. Akibatnya cairan dalam wadah tersebut terdesak ke atas selang dan lama
kelamaan akan menyembur keluar.
7. Berat
Jenis
•
Berat jenis = berat per satuan volum
•
Gaya yang ditimbulkan oleh percepatan
gravitasi g yang bekerja pada satu satuan volum
Keterangan:
ɣ = berat jenis (kg/m2
s2 )
r
= masa jenis zat (kg/m3)
g = gravitasi (m/s2)
8.
Viskositas
Kekentalan
adalah sifat fluida untuk melawan tegangan geser
Kekentalan
kinematik
Keterangan:
v
= kekentalan kinematik
m
= kekentalan absolut/dinamik
r
= kerapatan massa fluida
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar :
Posting Komentar